Mengkritik Kaya Rasa dengan Kritik Sastra
Sebuah komunitas pegiat literasi yang digerakkan oleh beberapa mahasiswa UNJ, Jakarta, Stomata, mengadakan acara Pelatihan Kritik Sastra pada Senin (4/4) di Aula Pusake Betawi, Kampus A Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun, Jakarta Timur. Pelatihan ini terbagi ke dalam dua sesi utama yang dimuat dalam waktu kurang lebih empat jam yang dimulai pukul 13.00 hingga 17.00. Pelatihan Kritik Sastra ini diadakan dengan tujuan memberikan materi, kiat, dan berbagai pendekatan bagaimana setiap orang dapat membuat tulisan mengenai apresiasi karya sastra atau yang dikenal sebagai kritik sastra.
Pelatihan ini mengundang Seno Gumira Ajidarma (selanjutnya SGA) untuk menyampaikan materi di sesi pertama. SGA menyampaikan berbagai hal seputar apa itu kritik sastra, siapa saja dan bagaimana sebenarnya kritik sastra dapat dilakukan, serta teks seperti apa saja yang dapat diapresiasi para pengkritik karya sastra. Kurang lebih lima puluh peserta remaja hingga dewasa--yang memenuhi aula--antusias mendengarkan materi yang disampaikan oleh SGA. Penyampaian materi yang bergaya santai dengan beberapa kali terlontar lelucon, membuat suasana sesi pertama menjadi begitu bersemangat. Di akhir sesi pertama, dapat diambil kesimpulan bahwa kritik sastra dapat dilakukan setiap orang dengan tujuan mengapresiasi sebuah karya. Apresiasi yang dimaksud bukan berarti selalu membincangkan hal yang baik saja, tetapi setiap aspek yang membedakan karya tersebut dengan hal lain. Kritik sastra juga dilakukan dengan catatan setiap pengkritik mampu mengetahui semua model “pisau bedah” untuk dapat membongkar konteks dari karya tersebut sehingga tulisan yang dibuat kaya akan nilai-nilai yang patut dijabarkan dan dijelaskan.
Sesuai dengan tajuk acaranya, di sesi kedua, peserta diajak untuk berlatih menuangkan idenya dalam proses membuat tulisan kritik sastra. Ada enam kelompok diskusi yang dipandu oleh satu orang dari tim redaksi Stomata. Tiap kelompok berdiskusi untuk mengaplikasikan materi yang telah disampaikan menjadi sebuah tulisan kritik sastra. Setelah dua jam diskusi berjalan, tiap peserta aktif bertukar pikiran dan tiap pemandu dari tim redaksi Stomata pun aktif memberikan masukan serta pengalaman dalam langkah-langkah membuat tulisan apresiasi sebuah karya sastra.
Serunya, hasil dari diskusi grup tersebut yang berupa draf tulisan setiap peserta akan dilanjutkan oleh tiap-tiap peserta dan dalam waktu tujuh hari akan kembali dikumpulkan ke redaksi Stomata untuk dimuat di blog Stomata. Hal ini tentu menjadi “pancingan” yang baik untuk mengembangkan ilmu kritik sastra yang memang sepatutnya dilakukan dengan baik dan benar.