SMAN 65 Jakarta Beraksi demi Indonesia
Jakarta, 30 April 2016--Pagi-pagi sekali pada hari Sabtu, saya harus bergegas ke sebuah sekolah di daerah Jakarta Barat, SMAN 65 Jakarta. Di sana, para siswa telah sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang menyiapkan makanan-makanan yang akan dijual di atas meja, ada yang sibuk mempersiapkan panggung, ada juga yang sibuk mengagumi karya-karya orisinil teman-temannya. Wah, acara ini sangat ramai. Sekitar pukul 08.30, pemandu acara telah siap di panggung untuk menyapa hadirin. Mereka adalah kakak-beradik Jovial da Lopez dan Andovi da Lopez, Skinny Indonesian 24.
Acara dibuka dengan sebuah permainan nakal dari pemandu acara. Mereka mencari dua siswa yang paling jago bersilat lidah ketika menggoda seorang perempuan. Dua siswa pun terpilih secara dadakan berkat hadirin yang terus-menerus meneriakkan nama mereka. Kemudian dua siswa itu memilih dua perempuan untuk dijadikan teman bermain. Semua hadirin berhasil dibuat tertawa oleh permainan ini. Pagi yang lesu tiba-tiba menjadi hangat dan bersemangat. Setelah itu, ketua OSIS, ketua pelaksana GEPETRA, dan kepala SMAN 65 Jakarta naik ke atas panggung untuk memberi sambutan. Ibu Kepala pun memberi pesan agar para siswa jangan terlalu sibuk bermain dengan gawai mereka. Seharusnya para siswa hadir, berpartisipasi, dan menikmati acara yang telah susah-payah mereka jadikan ini.
Kemudian, para penampil pun dipersilakan menghibur para hadirin. Ternyata, orang-orang yang hadir di acara ini bukan hanya siswa SMAN 65 Jakarta, lho. Ada juga tamu undangan dari SMAN di daerah Kebon Jeruk dan DKI Jakarta. Mereka disuguhkan dengan penampilan para siswa kelas X, XI, dan XII SMAN 65 Jakarta. Ada yang tampil dalam grup akustik, ada juga yang tampil sebagai grup violinist. Musik-musik tradisional yang dimainkan merdu dan harmonis, walaupun menggunakan alat musik modern. Selain itu, ada juga penampilan menakjubkan dari grup saman SMAN 65 Jakarta. Dengan pakaian hijau dan merah muda, mereka menarikan tarian khas daerah Aceh. Tarian mereka cantik seperti riasan wajah penarinya.
Setelah dibuat takjub oleh tari saman, hadirin dibuat terpesona oleh kehadiran bintang tamu utama, yaitu Kenny Djafar. Wanita cantik satu ini terkenal sebagai produser di radio Prambors FM. Sesi diskusi bersama Kak Kenny ini memiliki topik cara mempertahankan tradisi (budaya) Indonesia di zaman modern. Kenny, Jovial, dan Andovi memiliki cara-cara yang berbeda. Kenny lebih suka menerapkan tradisi di kesehariannya, seperti memakai batik sebagai pakaian sehari-hari, berbahasa Indonesia dengan baik, atau mengonsumsi produk dalam negeri. Sementara Andovi lebih senang membuat tontonan hiburan yang berkaitan dengan Indonesia, misalnya Ia dan Jovial membuat sebuah lagu rap mengenai produk mie instan yang terkenal di Indonesia. Kemudian karya-karyanya itu dipublikasikan melalui akun YouTube mereka, SkinnyIndonesian24. Hampir sama dengan adiknya, Jovial merasa masyarakat Indonesia yang cenderung menyukai film seharusnya ikut mendukung film Indonesia, misalnya menonton film Indonesia di bioskop. Bukan hanya itu saja, Jovial merasa kita harus mendukung bagian-bagian lain di industri kreatif Indonesia. Kemudian Kenny menambahkan, ia memiliki hobi traveling dan ketika sedang singgah di Melbourne, Australia, dia melihat film Filofosi Kopi sedang diputar di salah satu bioskop di sana. Ia pun berbagi rasa senang dan bangganya. Tidak sedikit hadirin yang tertawa karena guyonan Andovi dan Jovial, namun tidak sedikit juga mereka yang menangguk setuju bahwa kita harus menjadi pewaris kekayaan budaya Indonesia.
Setelah senang berdiskusi bersama tiga bintang tamu, penonton kembali dihibur oleh penampilan-penampilan apik para siswa SMAN 65. Ada juga pengumuman pemenang karya terbaik yang ada di pameran. Ternyata, karya terbaik dimenangkan oleh miniature satu nampan nasi tumpeng lengkap dengan lauknya. Saya juga sempat melihat karya ini dari dekat. Karya ini memang menggiurkan, seperti aslinya. Komentar dari kepala sekolah pun dibacakan, “Karya ini berhasil menipu saya”. Sepertinya, ibu kepala sekolah bernasib sama dengan saya, hehe. Selamat, Dik! Well done.
Sebelum acara resmi ditutup, Jovial dan Andovi dengan spontan memberikan persembahan terakhir mereka. Dengan musik yang diputar dari gawai, mereka menampilkan sebuah lagu rap karya mereka sendiri. Hadirin pun diajak ke atas panggung untuk ikut bernyanyi. Ada juga, lho, yang dapat menyanyikannya dengan sempurna. Tidak hanya saya dan hadirin saja yang terpukau, duo kakak-beradik itu pun terheran-heran dengan kemampuan siswi SMAN 65 Jakarta ini. Sedikit iseng, dua pemandu acara ini kembali mengundang dua siswa yang jago beatbox dan dua siswa yang jago menari. Mereka berempat diadu di atas panggung. Salah satu petarung itu ternyata ketua OSIS SMAN 65 Jakarta, lho! Hadirin pun tidak kuat untuk menahan tawa akibat ulah keempat teman mereka ditambah dengan duo pemandu acara itu. Akhirnya, acara berakhir gembira.
Semoga saja acara ini tidak hanya menjadi acara yang teringat selama satu hari kemudian terlupakan, ya. Saya setuju bahwa kita harus mulai menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jangan sampai kita menjadi kacau ketika berbahasa dengan mencampur-adukkan bahasa Indonesia dengan bahasa asing, misal bahasa Inggris. Jangan juga menjadi malu untuk berbahasa daerah. Bahasa adalah salah satu identitas diri kita. Jika identitas diri kita hilang atau rusak, lantas siapakah kita? Siapakah bangsa Indonesia? Siapakah suku Jawa, Bali, Minangkabau, Madura, Asmat, Dayak? Jangan berhenti untuk mempertahankan budaya bangsa. Jangan berhenti untuk belajar. Jangan berhenti untuk berkarya.
"Kau Pribumi terpelajar! Kalau mereka itu--Pribumi itu--tidak terpelajar, kau harus bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu”
-- Pramoedya Ananta Toer