top of page

Melayu dalam Tari



Pada hari Minggu (15/5) Sanggar Putih Melati kembali mementaskan Marwah Bumi Melayu yang sempat dipentaskan di Gedung Kesenian Jakarta pada bulan Desember 2015. Berbeda dengan pementasan pertamanya, anak didik seniman legendaris Melayu Kak Wardi ini hanya menampilkan bagian inti dari keempat episode yang merangkai cerita. Penari yang pentas sangat gemulai juga energik. Pakaian yang mereka pakai pun gemerlap berwarna-warni dan menimbulkan visual yang indah.


Setelah menyanyikan lagu “Indonesia Raya”, para penonton disambut oleh sang narrator yang berwibawa pun jenaka. Di setiap bagiannya, narator menyampaikan dialognya lewat pantun. Narator inilah yang menjadi salah satu penampilan paling menarik dari pementasan ini. Saya selalu dibuat tertawa juga bertepuk tangan setiap ia berbicara. Selain kejenakaan sang narator, saya juga menikmati penampilan dari anak-anak kecil yang sangat manis menari di atas juga di bawah panggung. Lucu, ada salah seorang penari kecil itu yang tiba-tiba melompat ke bawah panggung (tenang, panggungnya pendek, kok) dan keluar dari formasinya. Akan tetapi, layaknya penari profesional, sang penari cilik itu tetap meneruskan tariannya hingga pendampingnya membantu dia naik kembali ke panggung. Semua penonton sangat terhibur dengan peristiwa itu.


Ada juga penampilan apik dari para penari remaja. Mereka terdiri dari dua kelompok, para gadis dan para pejaka. Mereka saling menggoda dan bersenda gurau kemudian menari bersama. Di akhir penampilan, tampil para penari dewasa menari berpasang-pasangan. Mereka sangat piawai bermain dengan tubuh mereka. Kebetulan, cerita ini diakhiri oleh peristiwa pesta pernikahan. Suasana pun menjadi semakin riuh dan gembira. Saya sangat senang dapat menikmati tarian Melayu ini. Penampilan mereka sungguh menggembirakan.


Satu pesan yang berhasil saya arsipkan dalam memori. Seni ini mereka dapatkan dari para tetua dan siap mereka turunkan kepada yang muda. Perihal pewarisan inilah yang menjadi dorongan untuk menari dan tampil di depan publik. Para penari ini tidak ingin budaya, termasuk seni tari Melayu, hilang dari Jakarta yang modern ini. Inilah yang membuat Sanggar Putih Melati masih hidup di tahunnya yang ke-50.


Well, selamat Sanggar Putih Melati! Never ever give up on what you believe.


Daftar tarian:

  1. Persembahan

  2. Gurindam 12

  3. Lancang Kuning

  4. Gembira

  5. Rebana

  6. Lagu Apalah Jadi

  7. Muda-Mudi

  8. Tanjung Katung

  9. Serampang Dua Belas

  10. Joget



what do you think of this post?

bottom of page