top of page

EoS: Festival yang Selalu Dinanti


Europe on Screen (EoS) yang diselenggarakan di 8 lokasi di Jakarta, dimulai dari tanggal 29 April dan berakhir pada Hari Minggu, 8 Mei 2016. Film-film Eropa yang ditayangkan secara gratis selama 10 hari ini akhirnya sampai pada penutupan. Closing Film diadakan di Erasmus Huis, Jakarta Selatan. Penayangan di Erasmus Huis dibagi di tiga titik berdekatan, yaitu di auditorium, ruang sebelah auditorium, dan ruang bawah yang merupakan lahan kosong di sebelah gedung Erasmus Huis (disebut sebagai Erasmus Huis Open Air). Kebetulan, penulis datang sebelum penayangan closing film dimulai. Sembari menunggu acara penutupan, penulis mengintip ke venue Erasmus Huis Open Air di sebelah gedung. Film The Lobster sedang diputar, film ini adalah salah satu film yang memiliki peminat paling banyak selama festival berlangsung (menurut info yang penulis dapat dari salah satu panitia), antusiasme penonton dapat penulis lihat dari banyaknya pendatang yang rela menonton sambil berdiri di venue tersebut. Seselesainya film The Lobster, di dekat venue Open Air, disediakan prasmanan untuk pengunjung yang ingin makan. Penutupan acara ini terasa sangat hangat. Selain disediakan tempat yang nyaman untuk menonton ala big-screen secara cuma-cuma, pengunjung juga disediakan makanan.


Kira-kira pukul 20.00 pemutaran closing film yang berjudul The Surprise segera dimulai. Penutupan diawali oleh sambutan dari direktur festival, Duta Besar Negara Belanda di Indonesia, dan Duta Besar Negara Uni-Eropa di Indonesia. Seluruh seat di auditorium terisi penuh, begitu juga seat yang tersedia di kedua titik lainnya di Erasmus Huis. Film The Surprise menceritakan tentang seorang miliuner bernama Jacob eksentrik yang dianggap tidak memiliki perasaan, karena tidak bisa marah, sedih, atau tertawa. Pada suatu waktu ia ingin mengakhiri hidupnya, ia menemukan satu perusahaan jasa untuk merencanakan cara kematiannya. Setelah Jacob menyerahkan sepenuhnya pada perusahaan untuk menentukan kapan dan bagaimana ia harus mati, tiba-tiba saja Jacob ingin mengundur tanggal kematiannya karena keberadaan Ann (gadis yang ia temui di perusahaan jasa “travel” menuju kematian tersebut). Film yang ditayangkan sangat menyentuh hati penulis. Penulis menganggap film ini menghadapkan manusia pada pilihan untuk tetap hidup dalam artian yang sebenarnya (bukan hanya bertahan agar tidak mati) dan kematian dalam bentuk seperti apa yang sesungguhnya kita inginkan. Tidak jarang sebagai manusia, kita merasa tidak berguna dan merasa bahwa kehidupan ini adalah hal yang sia-sia saja. Melalui Jacob di film The Surprise, penonton seperti dihadapkan oleh pertanyaan “Benarkah kita menginginkan kematian?”.


Penyesalan dirasakan penulis sehabis menonton film The Surprise. Penulis menyesal karena tidak dapat menyempatkan diri untuk mendatangi screening film-film sebelumnya. Penulis sempat berbincang dengan salah satu pengunjung yang mengikuti seluruh penayangan dari hari Jumat, di hari itu ia pula menjadi salah satu pengunjung yang sudah ikut menonton dari pukul 12.00 WIB. Film-film yang ditayangkan merupakan film berkualitas baik, walaupun tidak seperti menonton di bioskop, kesan yang didapat saat menonton film-film ini berbeda jika kita hanya menonton melalui televisi atau laptop pribadi. Usaha panitia festival untuk memberikan suguhan yang menyenangkan untuk masyarakat di Indonesia yang menyukai film-film Eropa, patut diapresiasi.


“Saya sudah mengikuti EoS dari tahun lalu dan saya sangat menanti film apa lagi yang akan disuguhkan pada tahun selanjutnya.” ungkap salah satu pengunjung pada saya, setelah habis-habisan mengkritik sound yang suaranya kebesaran dan makanan yang disediakan lebih lama dari tahun sebelumnya.


what do you think of this post?

bottom of page