top of page

Lebaran Literasi: Semuanya Rembulan

  • Yudhistira
  • Jul 24, 2016
  • 1 min read

Rangkaian Lebaran Literasi ditutup dengan Malam Apresiasi yakni pembacaan dan musikalisasi puisi yang diadakan di NomiNomi Delight, kafe di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Pada mulanya, hanya ada enam orang yang hadir di acara tersebut, namun makin malam, rembulan ternyata bersinar semakin terang. “Siapa saja boleh membacakan karyanya malam ini. Di sini nggak ada bintang,” ungkap Hafe kepada teman-teman yang baru saja datang. Saya menambahkan, “Malam ini, semuanya rembulan.”


Hafe dari Jakarta Nyastra telah melakukan upayanya dengan baik untuk mengakrabkan suasana. Semua penikmat dan pembaca sastra dipersilakan memperkenalkan diri, bercerita tentang perjalanan membaca dan menulis, serta ikut mengapresiasi puisi-puisi dan monolog yang bertebaran malam itu. Ditambah lagi, Malam Apresiasi dihadiri oleh berbagai macam komunitas sastra seperti Dermaga Sastra dan Sajak Liar.


Malam Apresiasi adalah salah satu bukti bahwa semangat bersastra kita-–khususnya kaum muda—tidak bisa dibilang datar atau stagnan. Barangkali, memang belum ada media cetak atau elektronik ternama yang berani merekam nama-nama penggiat sastra dari kalangan muda dan membuatnya viral. Penyair-penair dan esais kelas wahid masih menjadi rembulan” publik yang memang lebih bersinar untuk dikonsumsi. Akan tetapi, saya rasa hal itu tidak begitu penting bagi Jakarta Nyastra, Dermaga Sastra, Sajak Liar, dan komunitas-komunitas serta penggiat sastra lainnya. Selama masih bisa terus bersuara dan berkarya di kedai-kedai kecil, di atas panggung simposium, penyair muda, dan esais tua, semuanya dapat menjelma rembulan. Pada akhirnya, tinggal bagaimana gelap malam mau mengapresiasi cahaya mereka.


Recent Posts

See All

what do you think of this post?

bottom of page