Pementasan BPA: Sepuluh Tahun Kepergian Pram
![](https://static.wixstatic.com/media/0b12b2_8ed9788dddc64322b335daa3f92a88cd~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg/v1/fill/w_980,h_651,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/0b12b2_8ed9788dddc64322b335daa3f92a88cd~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg)
![](https://static.wixstatic.com/media/0b12b2_58d8acb044dc4b5d8b3453155f5d149b.png/v1/fill/w_504,h_227,al_c,q_85,enc_auto/0b12b2_58d8acb044dc4b5d8b3453155f5d149b.png)
Foto oleh: Indraswari Pangestu
Pementasan teater Bunga Penutup Abad telah mengingatkan saya, betapa Indonesia harus berbangga hati akan kepiawaian Pramoedya Ananta Toer. Diadaptasi dari novel Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa, pertunjukan Bunga Penutup Abad ternyata merupakan sebuah persembahan guna mengenang sepuluh tahun kepergian Pram. Tentu saja, proses adaptasi daru dua novel besar dan terkenal tersebut ke atas panggung Gedung Kesenian Jakarta bukanlah hal yang mudah serta instan.
Antrean memanjang, orang-orang di sekitar saya telah siap dengan ID Press dan kameranya masing-masing. Saya—yang berkesempatan meliput gladi resik Bunga Penutup Abad untuk Narasastra—memasuki Gedung Kesenian Jakarta sambil mencari tempat duduk yang cukup jauh dari bibir panggung. Pemilihan tempat duduk dalam menonton pementasan teater adalah suatu hal yang penting, lho. Hal ini berkaitan dengan kekuatan vokal dan kejelasan artikulasi pemain dalam beradegan.
Seperti yang kita tahu, Happy Salma, Lukman Sardi, Reza Rahardian, dan Chelsea Islan adalan nama-nama yang tidak asing kita dengar. Keempatnya aktif seliweran di layar lebar dan panggung teater. Mereka adalah aktor dan aktris profesional. Namun, bermain teater tidak sama persis dengan bermain film. Tidak ada cut, tidak ada mic, dan tidak ada break. Semua proses latihan yang telah dilakukan harus dikeluarkan secara optimal lewat sebuah pementasan. Hal inilah yang menjadi fokus saya pada malam itu. Mimik muka, gestur tubuh, dan permainan tempo emosi yang disampaikan memang sangat baik, tetapi artikulasi dan kekuatan vokal para pemain tidak sepenuhnya berhasil sampai ke pendengaran saya. Beberapa kali, saya harus menebak-nebak sendiri percakapan yang tengah berlangsung. Pendengaran saya pun semakin kacau fokusnya ketika para kameramen mengambil foto. Cekrak cekrek cekrak cekrek.
Di samping para pemain, dekorasi dan properti panggung malam itu menjadi kelebihan yang patut diacungi jempol. Serba mewah. Cantik dengan permainan multimedia. Rapi, meskipun 1-2 blackman bocor ke mata penonton. Selain itu, musik yang duduk dengan cahaya samar-samar di belakang pemain seolah menjadi keindahan yang terpisah, namun melengkapi. Piano, harpa, dan biola mengiringi kerinduan Minke, kemarahan Nyai Ontosoroh, dan kepergian Annelies. Sementara itu, dari segi cerita, Wawan Sofwan selaku sutradara juga mengemas cerita dengan cerdik. Alur maju dan mundur mengaduk-aduk suasana guna mencegah kebosanan yang berlebih bagi penonton.
Terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, sebuah pementasan tetap layak mendapatkan apresiasi. Proses latihan dan semangat mengolah rasa dalam teater bukanlah hal yang gampang, sekalipun tim produksinya terdiri dari orang-orang yang profesional. Ada sebuah doa dari Happy Salma yang ditulis dalam siaran pers Bunga Penutup Abad, begini,
“Semoga pementasan ini memberikan kontribusi positif dalam melestarikan dan meningkatkan rasa cinta terhadap warisan sastra budaya Indonesia serta lebih mempopulerkan seni teater sehingga seni pertunjukkan di Indonesia dapat terus berkembang.”
Amin!
![](https://static.wixstatic.com/media/0b12b2_45a4e5c1cf364723bf44956de9a3b652~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg/v1/fill/w_980,h_651,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/0b12b2_45a4e5c1cf364723bf44956de9a3b652~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg)
![](https://static.wixstatic.com/media/0b12b2_030f7e17dff84e03bec593eff11f02f2~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg/v1/fill/w_980,h_651,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/0b12b2_030f7e17dff84e03bec593eff11f02f2~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg)
![](https://static.wixstatic.com/media/0b12b2_f74280ffbb95460f8cac6801440cbc53~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg/v1/fill/w_980,h_651,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/0b12b2_f74280ffbb95460f8cac6801440cbc53~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg)
![](https://static.wixstatic.com/media/0b12b2_ba4b36fb636f48aa960b240ed1d4b1a1~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg/v1/fill/w_980,h_651,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/0b12b2_ba4b36fb636f48aa960b240ed1d4b1a1~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg)
![](https://static.wixstatic.com/media/0b12b2_3a9231f3163c40d48f992107af94c32f~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg/v1/fill/w_980,h_651,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/0b12b2_3a9231f3163c40d48f992107af94c32f~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg)
![](https://static.wixstatic.com/media/0b12b2_1c7d3b53b216468f8a9b9048b75ad663~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg/v1/fill/w_980,h_651,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/0b12b2_1c7d3b53b216468f8a9b9048b75ad663~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg)
![](https://static.wixstatic.com/media/0b12b2_b319e35b643c4910b4ca1609dd29f284~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg/v1/fill/w_980,h_651,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/0b12b2_b319e35b643c4910b4ca1609dd29f284~mv2_d_2000_1328_s_2.jpg)