(PUISI) Selamanya Kata-kata itu Akan Menggantung di Udara Tanpa Pernah Bersuara
Saat ingin kutulis kata
Ia pergi menghilang,
tanpa dapat lagi ditemukan.
Kedalaman kata, tak ada yang mampu menyelami.
Sebab, samudera pun hanya sebuah kata
yang mencerminkan kedalaman mendalam.
Biarlah kata menggantung,
tanpa pernah terucap.
Sebab
keheningan lebih mampu menjelaskan
berbagai hal,
dibanding kata-kata itu sendiri.
Lagipula,
tidak ada yang menjamin
bila kata-kata yang menggantung itu terucap,
berbagai perasaan yang mendesak,
akan jelas terlihat.
Jadi, siapa yang tahu?
Biarkan kata-kata ini menjadi untaian harapan
yang hanya dapat didengar oleh angin.
Yang hanya dapat dilihat oleh sorot mata.
Yang hanya dapat dirasa oleh sentuhan antara daun dan angin.
Dalam tidurku, aku berbicara pada udara,
mengungkapkan berbagai kata-kata yang tidak dapat lagi kuingat
saat kubangun.
Kutatap keheningan, mungkin, terlalu lama.
Sehingga kata-kata membeku
hanya sampai di ujung lidah.
Tak ada yang salah dengan mengungkapkan.
Hanya saja keheningan telah mampu
mewakili
apa-apa yang ada di dalam hati.
Karena tanpa kau tahu,
kata-kata sudah terpapar jelas
pada kedalaman matamu.
Tidak ada yang sedang ingin kucoba ungkapkan.
Berbagai rasa kutangkap,
tanpa pernah mampu terungkap.
Bayangkanlah ini hanya sekadar untaian harapan,
yang terikat pada seutas layangan,
yang larinya terbawa angan
hingga ke khayalan.
Sebab kutahu
bahwa takkan ada kata yang mau
akan keluar melalui mulut
yang tertutup oleh hening yang mulai surut.
Biarkan hening ini terus
menyatakan kehadirannya
tanpa perlu diganggu
oleh apa-apa yang mengganggu rasa
itu sendiri.
Selamanya
kata-kata itu akan menggantung
di udara. Tanpa pernah
bersuara. Yang hanya dapat didengar
oleh udara itu sendiri
dan keheningan.