top of page

The Musketeers: Batu Loncatan Teater KataK


Setelah berhasil mementaskan Les Miserables pada bulan Mei lalu, Teater KataK yang lahir dari Universitas Multimedia Nusantara ini, kembali sukses menyajikan karya adaptasi dari seorang penulis abad ke-19--Alexandre Dumas--berjudul The Musketeers. Produksi ke-45 Teater KataK ini, diadakan selama tiga hari dari tanggal 23--25 September 2016 di tempat langganan mereka, Gedung Kesenian Jakarta. Venantius Vladimir Ivan S.H., M.H. kembali mengambil alih posisi sutradara.

Dengan berlatar belakang cerita kota Paris, Prancis, abad ke-16, seorang pemuda lugu dengan semangat menggebu dari Gascogne bernama D’Artagnan yang ingin melanjutkan cita-cita ayahnya untuk menjadi seorang musketeer kerajaan agar dapat terkenal seperti tiga musketeer pengawal raja. Demi menuntaskan tujuannya, D’Artagnan harus pergi ke Paris untuk bertemu dengan Raja Louis XIII yang memegang kekuasaan tertinggi di Prancis saat itu. Perjalanan tersebut membawa D’Artagnan bertemu dengan tiga musketeer yaitu, Athos, Porthos, dan Aramis dengan cara yang cukup kompleks; D’Artagnan dengan sombongnya justru menantang duel ketiga musketeer pengawal raja tersebut. Duel mereka dibatalkan setelah pasukan kerajaan Prancis mengepung dan menangkap mereka untuk dibawa ke hadapan Raja Louis XIII. Sebaliknya, istri Raja, Ratu Ana, memercayakan ketiga musketeer dan D’Artagnan untuk menjalankan misi demi mencegah terjadinya perang antar negara.

Mungkin faktor jam terbang Teater KataK di dalam Gedung Kesenian Jakarta juga memengaruhi kepiawaian mereka dalam berlari-larian di atas panggung, berkoreografi, beradu laga saat adegan perang dan masih banyak lagi hal-hal keteateran yang membuat mereka dapat dianggap sebagai teater kawakan. Mereka berhasil memenuhi kaidah-kaidah teater untuk disuguhkan secara utuh kepada penonton. Tidak hanya dari segi seni peran, kemampuan para aktor/aktris juga diuji dari segi tarik suara. Terlihat dari kemampuan Aramis (Dionisius Evan) dalam bernyanyi maupun khotbahnya yang berujung sesat tentang kegilaannya terhadap wanita atau Queen Anne (Idelia Risella) yang tidak kehabisan tenaga untuk membagikan suara emasnya walaupun waktu sudah melewati pukul 11 malam. Semoga dengan sahnya perkumpulan Teater KataK dalam badan hukum, dapat membuat Teater KataK melompat lebih jauh untuk menggapai panggung dan hati penggemar teater.



what do you think of this post?

bottom of page